Rabu, 13 Maret 2013

Dua kisah 'Invincibles' atau Piala Emas



Kali ini kita akan membahas perbandingan antara dua tim sepakbola, Arsenal sebagai juara English Premier League musim 2003/2004 dan Juventus yang menjuarai Seri A 2011/2012. Perbandingan ini menarik mengingat kedua tim sama-sama tidak pernah terkalahkan sepanjang musim tersebut.

Kedua tim yang mengakhiri musim dengan tak terkalahkan ini melakukannya dengan berbeda cara. Arsenal meraih poin terbanyak, dibanding dengan Juventus yang pada awal musim berjalan lebih banyak bermain imbang. Begitupun dengan hal memasukan dan kemasukan, Arsenal jauh lebih besar.

Tim
Main
Menang
Imbang
Gol
Kemasukan
Selisih
Poin
Arsenal
38
26
12
73
73
47
90
Juventus
38
23
15
15
68
48
84


Perbedaan

Sebelum merebut gelar 2003/2004, Arsene Wenger sudah memberi gelar juara 2 kali, yakni pada musim 1997-1998 dan 2001-2002. Sejak masuknya Wenger, Arsenal hamper selalu berada di posisi empat besar dan praktis menjadi penantang rutin bagi dominasi Manchester United. Jika bukan United yang juara, Arsenal yang juara. Jadi, sebelum mengarungi musim 2003/2004 dengan gemilang, Arsenal sudah menancapkan kukunya lebih dulu.

Memasuki musim 2003/2004, Wenger melakukan beberapa perubahan di skuatnya. Setelah David Seaman pensiun, posisi penjaga gawang diisi oleh Jens Lehman yang didatangkan dari Borussia Dortmund. Sementara untuk melapis Ashley Cole, Wenger mendatangkan Gael Clichy. Pada pertengahan musim, saat bursa transfer musim dingin, Jose Antonio Reyes didatangkan dari Sevilla.

Di sisi lain, Juventus memulai musim 2011-2012 dengan cara yang berbeda. Tim kota Turin ini terakhir menjuarai Seri A pada musim 2005-2006, itu pun berakhir dengan tragis: gelarnya dicopot dan sekaligus didegradasi ke Seri B karena skandal-skandal pengaturan skor (Calciopoli).

Si Nyonya Besar, julukan Juventus, memang hanya setahun tenggelam di kasta kedua sepakbola Italia itu. Satu musim berikutnya, mereka sudah kembali ke Seri A. Kendati demikian, situasi itu tak urung menggembosi kekuatan Juve. Mayoritas pilar-pilar mereka hengkang, dari Fabio Cannavaro, Lilian Thuram, Zlatan Ibrahimovic sampai Patrick Viera. Beruntung masih ada beberapa pilar yang tetap setia walau bermain di Seri B, semisal Alessandro del Piero, Gianluigi Buffon sampai Mauro Camoranesi.

Selama periode suram itu, Inter Milan mendominasi Seri A. Di bawah asuhan Roberto Mancini lantas dilanjutkan Jose Mourinho, Inter berturut-turut merebut scudetto dari musim 2006/2007 sampai musim 2009/2010. Juve sendiri hanya mampu bertengger di posisi tujuh klasemen, baik di musim 2009/2010 maupun 2010/2011.

Berbeda dengan Arsenal yang sebelumnya tergolong stabil dan sudah pernah mencicipi gelar juara, Juve bukan hanya gagal menjadi juara sejak mereka kembali ke Seri A, tapi bahkan berkali-kali bongkar pasang manajer. Dari mulai Didier Deschamps, Claudio Ranieri, Ciro Ferrara, Alberto Zaccheroni sampai Luigi Del Neri.

Memulai musim 2011-2012 dengan tidak mengharapkan target juara (apalagi bermimpi tidak terkalahkan sepanjang musim), Juve akhirnya dibesut oleh mantan pemainnya sendiri: Antonio Conte.

Suasananya tidak terlalu menguntungkan bagi Juve. Pesimisme meruyak secara alami. Itu tercermin dari animo penonton yang datang rata-rata hanya 25 ribu orang per laga. Suasana segar mencuat dari selesainya stadion baru milik Juve sendiri. Dengan berkandang di stadion baru milik sendiri, bukan lagi numpang di stadion milik pemerintah kota, Juve mencoba menuai optimisme.

Titik balik berikutnya adalah datangnya Andrea Pirlo secara gratis akibat tidak diperpanjang kontraknya oleh AC Milan. Berikutnya, datang pula striker AS Roma, Mirko Vucinic. Dua nama baru lainnya adalah gelandang Chile, Arturo Vidal, dan bek kanan Lazio, Stephan Lichsteiner

Skuat

Komposisi pemain pun sangat berbeda pada kedua tim, Arsenal hanya mengandalkan 22 pemain sedangkan Juventus sedikit lebih banyak dengan 25 pemain. Untuk penampilan masing-masing pun terlihat sangan jauh berbeda. Juventus dengan 533 penampilan sedangkan Arsenal 499 penampilan. Wenger lebih banyak melakukan perubahan di komposisi pemain utamanya, sedangkan Conte lebih menitikberatkan pada kontribusi tim.

Perbedaan mencolok juga terlihat pada home ground player di mana Wenger hanya menggunakan 6 pemain asal Inggris saja sepanjang liga sementara Conte memaksimalkan 18 pemain asal Italia dengan Vucinic, Vidal dan Lichtsteiner yang menjadi pemain non-Italia di dalam tim.

Dalam hal kualitas dan pengalaman, starting XI Arsenal di atas kertas lebih baik. Pada saat itu Thierry Henry sedang dalam masa puncaknya dan tercatat sebagai world’s greatest striker at the time kedua setelah Zinedine Zidane di tahun 2003 dan satu paut di belakang Ronaldinho di tahun 2004 sebagai FIFA’s World Player Of The Year. Orang Prancis yang telah merasakan Juara Piala Dunia dan Piala Eropa itu disusul rekan senegaranya Patrick Viera dan Robert Pires, ditambah berduet dengan pemain hebat sekelas Dennis Bergkamp dan dilengkapi oleh bek tim nasional Inggris Sol Campbell dan Ashley Cole, tim ini adalah tim yang sangat komplet pada saat itu.

Sementara Juventus cenderung baru berupaya membangun kembali tim impian mereka. Praktis hanya Chiellini, Gianluigi Buffon, dan Pirlo yang punya jam terbang di pertandingan-pertandingan besar. Si Nyonya Tua ini, di musim sebelumnya, hanya finis di urutan 7 klasemen dengan total 47 gol kemasukan dan hanya mampu memasukkan 57 gol. Sebuah pencapaian yang jauh dari meyakinkan.

 
Di bangku cadangan Arsenal mempunya sederet pemain berkualitas seperti gelandang Brasil Edu, Ray Parlour, Sylvian Wiltord, Reyes, Clichy, dan Pascal Cygan yang bermain selama 10 kali di musim 2003/2004. Cesc Fabregas, David Bentley, Justin Hoyte, dan Jeremie Aliadiere adalah barisan anak muda yang pada saat itu pernah merasakan beberapa kali tampil, sementara Nwanko Kanu dan Martin Keown adalah pemain senior yang masih setia dipasang Wenger di akhir kariernya.

Statistik Gol

Hal yang menarik adalah daftar pencetak gol dari kedua tim. Gol-gol Arsenal “hanya” dicetak oleh 13 pemain berbeda dan termasuk gol bunuh diri. Bandingkan dengan gol-gol Juventus yang dihasilkan oleh 21 pemain berbeda dengan pencetak gol terbanyak Alessandro Matri dengan torehan 10 gol.

Bukan suatu hal yang aneh Henry sangat mendominasi torehan gol untuk Arsenal. Penyerang asal Prancis ini berhasil mencetak gol di hampir seluruh pertandingan, kecuali pada saat menghadapi Tottenham Hotspu, Birmingham City, dan Bolton Wanderers. 10 gol ia cetak ke gawang Manchester United, Liverpool, Newcastle United, dan Aston Villa. Pires berada di posisi dua pencetak gol terbanyak Arsenal dengan 14 golnya. Bermain sangat luar biasa di sisi kanan atau kiri pertahanan lawan, winger Prancis ini sangat sulit dihentikan. Berdua mereka menyumbangkan 60% gol untuk Arsenal di musim 2003/2004.
 
Pemain
Gol
Henry
30
Pires
14
Bergkamp
 4
Gilberto Silva
 4
Ljungberg
 4
Wiltord
 3
Vieira
 3
Edu
 2
Reyes
 2
Toure
 1
Campbell
 1
Kanu
 1
Gol Bunuh Diri
 4

Sebagai pembanding, ini adalah statistik torehan gol pemain Juventus musim 2011/2012. Matri menjadi salah satu pencetak gol tersubur dan mampu menjebol gawang lawan di beberapa laga penting musim 2011/2012, salah satunya saat menyelamatkan timnya dari kekalahan saat menghadapi AC Milan lewat golnya di menit 83. Sementara di lini tengah, Marchisio berhasil menyarangkan 9 gol. Del Piero tidak bermain banyak di musim ini, namun berhasil melesakkan 3 gol, masing-masing ke gawang Inter Milan, Lazio, dan di laga terakhir melawan Atalanta.
 
Pemain
Gol
Matri
10
Marchisio
 9
Vucinic
 9
Vidal
 7
Pepe
 6
Quagliarella
 4
Del Piero
 3
Pirlo
 3
Borriello
 2
Lichtsteiner
 2
Chiellini
 2
Bonucci
 2
Caceres
 1
Padoin
 1
Barzagli
 1
Giaccherini
 1
Marone
 1
Estigarribia
 1
Krasic
 1
De Ceglie
 1
Gol Bunuh Diri
 1

Pemain
Tim
Gol
Henry
Arsenal
30
Pires
Arsenal
14
Matri
Juventus
10
Marchisio
Juventus
 9
Vucinic
Juventus
 9
Pepe
Juventus
 6
Vieira
Arsenal
 3

Statistik Tim

Juventus mengungguli Arsenal dalam torehan clean sheet, menandakan daya tahan Juve dalam bertahan, layaknya tim-tim dari Italia. Juventus mengungguli Arsenal dengan 21 berbanding 15 dan juga mengungguli Arsenal dalam jumlah kemasukan yaitu 20 gol berbanding 26 gol.
 
Arsenal

Clean Sheet
15
Memasukkan
73
Kemasukan
26
Menang
26
Imbang
12
Gagal Memasukkan
4

Juventus

Clean Sheet
21
Memasukkan
68
Kemasukan
20
Menang
23
Imbang
15
Gagal Memasukkan
 5


Untuk torehan gol, jelas sekali si tim asal London Utara memimpin dengan pencapaian 68 gol. Apakah hal ini cukup rendah untuk memenangi liga? Belum tentu. Catatan gol kedua tim terhadap lawan-lawan mereka yang menempati posisi enam besar juga sangat impresif. Kedua tim berhasil melesakkan 18 gol dalam 10 pertandingan ke gawang rival mereka yang menempati posisi dua sampai 
enam klasemen

.

Liga Champions dan Turnamen Piala Domestik

Dalam hal ini Juventus sangat diuntungkan karena tidak bermain di Liga Champions Eropa. Juve hanya tampil di Coppa Italia, di mana mereka menyingkirkan saingan mereka AS Roma dan AC Milan, tak terkalahkan, sampai akhirnya di laga final ditekuk Napoli. Laga melawan Napoli itu sekaligus menjadi pertandingan terakhir bagi Del Piero.

Arsenal juga tampil cukup baik di piala domestik maupun Eropa, mereka bisa melaju hingga semifinal Piala FA dan Piala Liga. Di Liga Champions mereka tampil biasa saja, kalah dari Inter Milan 0-3 di Highbury dan bermain imbang dengan tuan rumah Lokomotiv Moskow 0-0, sebelum kalah melawan Dinamo Kiev. Namun mereka bangkit dan memenuhi target 10 poin untuk melaju ke babak selanjutnya, termasuk kemenangan yang tak akan mereka lupakan di San Siro, yakni kala menekuk Inter Milan 5-1.

Di babak 16 besar mereka melumat Celta Vigo dengan aggregat 5-2 dan bertemu Chelsea di babak 8 besar. Mereka bermain imbang 1-1 di Stamford Bridge dan sempat memimpin lewat gol Reyes ketika bermain di Highbury, sampai akhirnya Frank Lampard dan Wayne Bridge mengubur impian mereka menjuarai turnamen paling bergengsi antarklub Eropa tersebut.

Kilas Balik

Tentu saja ini bukan menjadi hal yang pertama di Seri A, The Invincibles, The Unbeaten atau tak terkalahkan. Sebelumnya pernah ditorehkan oleh Perugia di tahun 1978/1979, meskipun mereka tidak menjuarai liga. AC Milan juga pernah mendapatkan label yang sama pada tahun 1991-1992. Namun, Milan melalui dengan 34 pertandingan, berbeda dengan Juventus yang melalui 38 pertandingan.

Hal serupa pun terjadi di Inggris. Istilah The Invincibles pertama diberikan kepada Preston North End pada tahun 1888/1889. Mereka tak terkalahkan sepanjang musim dengan 22 pertandingan, tapi Arsenal melakukannya dengan 38 pertandingan.

Arsenal 2003/2004 dan Juventus 2011/2012 adalah tim yang diberkati. Keduanya akan dicatat sebagai tim legendaris di era sepakbola modern. Sebuah pencapaian yang akan dan bahkan telah dicatat oleh sejarah.

sumber : http://sport.detik.com/aboutthegame/read/2013/03/11/204823/2191891/1497/dua-kisah-invincibles?991104topnews

0 komentar:

Posting Komentar